Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Ketua Dewas DPLK SAM - Asesor LSP Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Doktor Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 54 buku. Salam literasi

Peran Taman Bacaan, Biarkan Anak Menemukan Potensi Tanpa Perlu Dibandingkan

20 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Jangan bandingkan anak
Iklan

Peran Taman Bacaan, Membiarkan Anak Tumbuh Sendiri Tanpa Perlu Dibandingkan. Biarkan anak-anak meneumukan potensinya sendiri.

Salah satu prinsip yang dijaga di TBM Lentera Pustaak di kaki Gunung Salak Bogor adalah “tidak boleh membandingkan anak dengan orang lain”. Selain dibiasakan membaca buku, anak-anak TBM Lentera Pustaka dilatih untuk berpendapat dan mampu menemukan potensinya sendiri. Taman Bacaan hanya memberi ruang dialog untuk anak-anak pembaca aktif, di samping memotivasi untuk terus maju dan membaca buku.

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tidak boleh membandingkan anak dengan orang lain. Sebab semuanya berada pada jalannya masing-masing. Tidak ada yang sama tiap anak, dan mereka tumbuh dengan jcaranya sendiri. Sementara orang dewasa berpikir “memabdingkan anak” dianggap sebagai motivasi. Salah, berani berpikir untuk membandingkan anak yang satu dengan yang lainnya berartio sedang menanamkan rasa tidak pernah cukup. Menumbuhkan keinginan bersaing akibat orang lain, pengen lebih unggul dari lainnya. Jadi, pendidikan sejatinya harus “mengharamkan” nasihat atau motivasi yang membandingkan anak dengan orang lain. Biarkan tiap anak berkembang sendiri, dan orang tua atau orang dewasa cukup memfasilitasi dan memberi nasihat baik.

 

Kenapa begitu? Karena seorang anak yang disbanding-bandingkan dengan anak yang lain akan mudah frustrasi. Dianggap kurang pintar, urang kreatif, bahkan dianggap tidak lebih baik dari anak yang lain. Kata siapa begitu. Apakah orang tua atau orang dewasa telah mengajarkan pentingnya anak-anak untuk berkembang dan menenukan potensi dirinya masing-masing,. Ingat, sekolah itu gagal katena menyamaratakan setiap anak. Sekolah tidak mampu mengajak anak menemukan jati dirinya, apalagi optensinya. Sekolah sekadar formalitas semata!

 

Kasihan anak-anak yang sering dibandingkan dengan orang lain.. Seakan hidupnya tidak ada artinya. Meski sudah belajar keras dan berusaha, apa yang dicapainya tidak pernah diakui karena standarnya selalu diarahkan pada orang lain. Lama-kelamaan, akhirnya anak-anak tumbuh dengan rasa iri, minder, bahkan membenci dirinya sendiri. Alasannya mendidik tpai menyesatkan.

 

Maka di TBM Lentera Pustaka, hal yang selalu dijaga adalah setiap anak punya potensi masing-masing. Anak0anak yang difasilitas melalui buku-buku bacaan, dimotivasi, dilatih afektif dan psikomotoriknya. Untuk selelau bersemangat dan punya energi untuk mencapai cita-citanya. Tanpa perlu membandingkan dirinya dengan anak-anak yang lain. Karena membandingkan diri dengan orang lain pasti dapat merusak harga diri anak itu sendiri. Alih-alih si anak tumbuh dalam kompetisi, justru membuat anak-anak bisa terjebak dalam kompetisi yang tidak sehat dan solidaritas semu. Seperti yang terjadi di masyarakat saat ini, solidaritas semu!

 

Taman bacaan, sudah cukup mengambil peran untuk “memerdekakan anak” secara pribadi. Agar tetap tumbuh dan berkembang tanpa meninggalkan jati dirinya. Salam literasi!

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler